Mojokerto, Rajawalimedia.net – Senin (25/1/21). Dalam buku Tanaman Porang Pengenalan, Budidaya, dan Pemanfaatannya dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015, disebutkan, tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) adalah tanaman anggota famili Araceae yang secara umum dikenal dengan nama bunga bangkai karena bau bunganya yang tidak sedap. Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan nama iles-iles, iles kuning, acung atau acoan. Tanaman porang merupakan tanaman asli Indonesia dan sudah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat. Pada zaman penjajahan Jepang, masyarakat di sekitar hutan dipaksa untuk mencari porang untuk keperluan bahan pangan dan industri Jepang.
Manfaat tanaman Porang sejauh ini yakni pengolahan umbi segar menjadi bentuk chips, tepung porang (konjac flour) dan tepung glukomannan (konjac glucomannan).
Tepung porang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, di antaranya pangan fungsional, pakan ternak, pengikat air, bahan pengental, penggumpal atau pembentuk gel dan makanan diet rendah lemak dan kalori. Sebagai bahan pangan, tepung porang dapat diolah menjadi konnyaku (mirip tahu) dan shirataki (berbentuk mie) yang cukup terkenal di Jepang, China, dan Taiwan yang relatif mahal harganya.
Di Indonesia, beberapa penelitian pemanfaatan tepung porang juga telah dilakukan. Tepung porang dapat digunakan sebagai bahan campuran (komposit) dalam pembuatan beras tiruan. Demikian pula pada pembuatan mie instan, penambahan 1% tepung porang dapat meningkatkan kandungan protein, lemak, pati, serat dan pengembangan mie.
Sifat larutan tepung porang yang kental juga dapat dimanfaatkan sebagai penstabil es krim untuk memperbaiki teksturnya. Semakin tinggi konsentrasi tepung porang, semakin lama resistensi es krim terhadap pelelehan atau semakin sulit untuk meleleh.
Tepung porang juga dapat digunakan sebagai bahan pengenyal (gelling agent) sehingga berpeluang untuk menggantikan boraks yang berisiko terhadap kesehatan. Salah satunya adalah pada pembuatan tahu. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan sosis ayam yang dicampur dengan maizena sebagai bahan pengisi dengan proporsi 2% : 22%.
Selain itu porang mengandung zat glukomannan yang baik untuk program diet karena dapat memberikan rasa kenyang. Glukomannan diekstraksi dari umbi porang yang diperoleh pada saat dua minggu sebelum tanaman rebah.Harga umbi segar yang telah layak dipanen untuk diambil glukomannannya berkisar antara Rp 3.000-3.500/kg. Namun apabila diproses dan dikeringkan menjadi bentuk keripik (Chip), harganya menjadi Rp 17.500-22.000/kg. Harganya pun lebih meningkat lagi jika sudah jadi tepung glukomannan, sekitar Rp 125.000- 150.000/kg.
Harga umbi kecil, yang dihasilkan dari tanaman berumur 1-2 tahun dan digunakan sebagai bibit berkisar Rp 9.000-11.000/kg. Harga umbi katak (bulbil) yang digunakan sebagai bibit adalah Rp25.000-30.000/kg. Biji lepas kulit yang diperoleh dari buah tanaman yang telah mengalami pertumbuhan maksimal (berumur empat tahun) harganya berkisar Rp 40.000-50.000/kg.
Baca juga : Kapolres Sumenep Mengadakan Safari Sholat Jum’at Di Masjid Riyadlul Abidin
Sedangkan dalam budidaya porang, umumnya tanaman porang dipanen dua hingga tiga tahun. Namun, Paidi mengubah pola menanam porang sehingga lebih cepat dipanen. Porang umumnya tumbuh liar di bawah naungan pohon lain, hal inilah yang membuat porang lama untuk bisa panen. ( Pjn )