Surabaya, RajawaliMedia.net – Jembatan Gubeng saksi keganasan Perang Surabaya.
20 November 1945.
viaduk gubeng menjadi salah satu musium hidup pertempuran surabaya yang masih berdiri kokoh hingga saat saat ini. ternyata juga merupakan satu dari segelintir saksi bisu pertempuran 10 november yang masih utuh bekas pertempuran berupa kerusakan fisik pada jembatan yang masih dibiarkan berupa lubang peluru dan kerusakan2 fisik akibat pecahan ledakan peluru artileri (shrapnel) dan ricochet.
Jembatan Gubeng yang dibangun pada 1915 memiliki nilai strategis yang wajib dipertahankan karena posisinya yang tinggi sehingga memiliki pandangan yang luas ke segala arah.
Kedasyatan Pertempuran Surabaya terekam dengan baik dibeberapa bagian Jembatan Gubeng, mulai lubang peluru, jejak rekoset, hantaman shrapnel hingga kerusakan akibat ledakan mortir, seakan menjadi Musium Hidup bagi yang mengetahui.
Surabaya sebagai kota Pahlawan, cenderung memudar. Pasalnya, sejumlah bangunan bersejarah dan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, justru tak diperhatikan. Bahkan, ada yang dirusak dan dibongkar. Sebut saja Rumah Radio Bung Tomo di Jalan Mawar No 10, Surabaya dirobohkan oleh pihak PT Jayanata pada Mei 2016.
Baca juga : Maling Bobol Kios Di Pasar Srimangun Sampang
Lalu, dihancurkannya bangunan Sinagog Jalan Kayon, yang kini berdiri hotel bintang empat bernama Grand Dafam. Begitu juga Toko Nam di Jalan Embong Malang dan Toko Metro di Jalan Tunjungan, dihancurkan dan beralihfungsi menjadi gedung pusat perdagangan. Penjara Kali Sosok yang legendaris pun, tak diurus. Ahli sejarah, budayawan, dan aktivis pecinta cagar budaya Surabaya menyesalkan pejabat pemerintahan kota surabaya berindikasi meremehkan budaya dan sejarah Surabaya. Ada apa? Benarkah ini murni tidak hormati sejarah atau ada bargaining bisnis dengan pemodal?
Tim investigasi Wartawan Rajawalinet, Laskar Surabaya melakukan pelacakan di kota pahlawan ini.
Pertempuran jembatan Gubeng pasukan TKR Pelajar Staf I Rayon Darmo 49 menyusun pertahanan di sekitar Jembatan Gubeng, mereka dihujani mortir oleh pasukan Inggris dari arah utara, mortir meledak di sekeliling pertahanan anak anak pelajar.
Hujan mortir selama 30 menit ini tidak mencederai siapapun dari TKR Pelajar, hanya dada mereka terasa sakit karena tekanan udara yang ditimbulkan oleh ledakan yang begitu dekat.
Konon, sehabis Gestok (Gerakan Satu Oktober) 1965 di seputaran Jembatan Gubeng ini terjadi pemberantasan PKI. Banyak orang-orang PKI dibunuh dan diceburkan di sekitar Kali Mas ini.
Kini diusianya yang memasuki 93 tahun, Jembatan Gubeng dipercantik dengan tata lampu yang gemerlap dan indah. Bila malam tiba, masyarakat bisa menikmati malam di sekitar jembatan tersebut. Kiri kanannya juga dihiasi dengan taman yang asri. Serasi dengan keklasikan yang dimiliki oleh jembatan ini.(yahya)